Rabu, 09 Februari 2011

LP Harga Diri Rendah


LAPORAN PENDAHULUAN

I.    MASALAH UTAMA
      Harga diri rendah.
 
II.      PROSES TERJADINYA MASALAH
            Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara:
1.     Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba‑tiba, misal harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubugan kerja dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopani (pemasangan kateter, pemeriksaan pemeriksaan perianal dll.), harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena di rawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
2.     Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama.

III.      A. POHON MASALAH

  1. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1.       Masalah keperawatan:
a.       Resiko isolasi sosial: menarik diri.
b.       Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
c.       Berduka disfungsional.
2.       Data yang perlu dikaji:
a.       Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
b.       Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

IV.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.       Resiko isolasi sosial: menarik diri   berhubungan dengan harga diri rendah.
2.       Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional.

V.      RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a.       Tujuan umum: sesuai masalah (problem).
b.       Tujuan khusus:
1.       Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan:
1.1.  Bina hubungan saling percaya
    ‑ Salam terapeutik
    ‑ Perkenalan diri
    ‑ Jelaskan tujuan inteniksi
    ‑ Ciptakan lingkungan yang tenang
    ‑ Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan).
1.2. Beri kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya.
1.3. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien.
1.4.   Katakan kepada klien bahwa ia adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.
2.       Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Tindakan:
2.1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis.
2.3. Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

3.       Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan:
3.1. Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat digunakan.
3.2. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah.

4.       Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.

5.       Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
5.2. Beri pujian atas keberhasilan
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

6.       Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
Tindakan:
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
6.2. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
6.4.  Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar